FKMIPOL ACEH
FKMIPOL ACEH - Cukup sudah rakyat Aceh menderita mulai dari penjajahan Hindia Belanda sampai darurat militer di Aceh, dan kini saatnya untuk mensejahterakan mereka melalui pemimpin-pemimpin yang mempedulikan nasip mereka.
Tidak perlu punya pemimpin yang mempunyai pendidikan tinggi, punya link sampai ke penjuru dunia bila rakyat sendiri masih tidur dipinggiran jalan, semua itu telah terbukti puluhan tahun lalu di Aceh bahwa rakyat tetap pada nasip apa yang dialaminya, memang pada dasarnya nasip itu hanya mereka sendiri yang bisa mengubahnya tapi bila jalan keluarnya tidak ada bagaimana mereka bisa mengubahnya.
Sementara Aceh mempunyai Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah kondisi alam seperti lahan pertanian luas dan letak geografisnya imbang tapi kenapa semua itu tidak bisa dirasakan oleh rakyat Aceh sendiri melaikan mereka (orang luar Aceh) yang merasakan semua itu.
Namun demikian tidak lama lagi kita akan mensukseskan pemilihan kepala daerah (pilkada) Aceh untuk masa bakti periode 2012 s/d 2017 baik tingkat gubernur, bupati maupun tingkat wali kota di 23 kabupaten kota di Aceh. Dalam pilkada tersebut kita diberikan hak oleh UU baik untuk memilih maupun golput (tidak memilih), namun alangkah baiknya kita memberikan suara kepada orang yang mampu membawa perubahan masa depan Aceh karna dengan satu suara kita berikan maka menentukan nasip masa depan Aceh.
Pada hari H (pilkada) nanti agar kita mempertimbangkan siapa yang harus kita berikan suara dengan keiklasan hati yang dalam, selain itu kita juga jagan takut terhadap intimidasi dan tekanan dari pihak manapun ketika pilkada digelar, kita harus melawan semua itu dan bila tidak mampu melawan sendiri maka segera lapor ke pihak panwas pemilu (panwaslu) yang ada di setiap kecamatan-kecamatan untuk diteruskan kepada pihak berwajib.
Pihak-pihak yang melakukan intimidasi tersebut hanyalah orang-orang yang ingin menguasai Aceh bukan ingin mensejahterakan rakyat Aceh melainkan hanya untuk mensejahterakan pribadi dan mensejahterakan sekelompok orang saja.
Jangan sampai terpilih orang-orang yang hanya mengharap jabatan dan kekuasaan semata sementara rakyat memilihnya agar diperhatikan nasipnya. Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa pemerintah dari rakyat dan untuk rakyat, yang artinya melayani kepentingan rakyat bukan menjauhi rakyat.
Bila pemimpin tepat yang kita pilih maka kesejahteraan melalui keadilan untuk rakyat akan tercapai, namun semua itu sangat sulit untuk kita analisa dan siapa yang berhak kita berika dukungan suara.
Dalam surat Al Maa'idah ayat 51 Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”
Selain itu ada beberapa hadist yang membicarakan tentang Kepemimpinan, Keadilan dan Politik yang bersumber dari 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press, yaitu :
- Pemimpin suatu kaum adalah pengabdi (pelayan) mereka. (HR. Abu Na'im)
- Tidak akan sukses suatu kaum yang mengangkat seorang wanita sebagai pemimpin. (HR. Bukhari)
- Barangsiapa menghina penguasa Allah di muka bumi maka Allah akan menghinanya. (HR. Tirmidzi)
- Rasulullah Saw berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, "Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya." (HR. Bukhari dan Muslim)
- Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu kaum maka dijadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang bijaksana dan dijadikan ulama-ulama mereka menangani hukum dan peradilan. Juga Allah jadikan harta-benda di tangan orang-orang yang dermawan. Namun, jika Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum maka Dia menjadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang berakhlak rendah. DijadikanNya orang-orang dungu yang menangani hukum dan peradilan, dan harta berada di tangan orang-orang kikir. (HR. Ad-Dailami)
- Kami tidak mengangkat orang yang berambisi berkedudukan. (HR. Muslim)
- Ada tiga perkara yang tergolong musibah yang membinasakan, yaitu (i) Seorang penguasa bila kamu berbuat baik kepadanya, dia tidak mensyukurimu, dan bila kamu berbuat kesalahan dia tidak mengampuni; (2) Tetangga, bila melihat kebaikanmu dia pendam (dirahasiakan / diam saja) tapi bila melihat keburukanmu dia sebarluaskan; (3) Isteri bila berkumpul dia mengganggumu (diantaranya dengan ucapan dan perbuatan yang menyakiti) dan bila kamu pergi (tidak di tempat) dia akan mengkhianatimu. (HR. Ath-Thabrani)
- Allah melaknat penyuap, penerima suap dan yang memberi peluang bagi mereka. (HR. Ahmad)
- Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai. (HR. Ath-Thabrani)
- Jabatan (kedudukan) pada permulaannya penyesalan, pada pertengahannya kesengsaraan (kekesalan hati) dan pada akhirnya azab pada hari kiamat. (HR. Ath-Thabrani) - Keterangan: Hal tersebut karena dia menyalah gunakan jabatannya dengan berbuat yang zhalim dan menipu (korupsi dll).
- Aku mendengar Rasulullah Saw memprihatinkan umatnya dalam enam perkara: (1) diangkatnya anak-anak sebagai pemimpin (penguasa); (2) terlampau banyak petugas keamanan; (3) main suap dalam urusan hukum; (4) pemutusan silaturahmi dan meremehkan pembunuhan; (5) generasi baru yang menjadikan Al Qur'an sebagai nyanyian; (6) Mereka mendahulukan atau mengutamakan seorang yang bukan paling mengerti fiqih dan bukan pula yang paling besar berjasa tapi hanya orang yang berseni sastra lah. (HR. Ahmad)
- Barangsiapa diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang yang membutuhkannya maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat. (HR. Ahmad)
- Khianat paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya. (HR. Ath-Thabrani)
- Menyuap dalam urusan hukum adalah kufur. (HR. Ath-Thabrani dan Ar-Rabii')
- Barangsiapa tidak menyukai sesuatu dari tindakan penguasa maka hendaklah bersabar. Sesungguhnya orang yang meninggalkan (membelot) jamaah walaupun hanya sejengkal maka wafatnya tergolong jahiliyah. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Jangan bersilang sengketa. Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu bersilang sengketa (cekcok, bermusuh-musuhan) lalu mereka binasa. (HR. Ahmad)
- Ka'ab bin 'Iyadh Ra bertanya, "Ya Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya, apakah itu tergolong fanatisme?" Nabi Saw menjawab, "Tidak, fanatisme (Ashabiyah) ialah bila seorang mendukung (membantu) kaumnya atas suatu kezaliman." (HR. Ahmad)
- Kaum muslimin kompak bersatu menghadapi yang lain. (HR. Asysyihaab)
- Kekuatan Allah beserta jama'ah (seluruh umat). Barangsiapa membelot maka dia membelot ke neraka. (HR. Tirmidzi)
- Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam (amir) pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang isteri pemimpin dan bertanggung jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan (karyawan) bertanggung jawab atas harta majikannya. Seorang anak bertanggung jawab atas penggunaan harta ayahnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Barangsiapa membaiat seorang imam (pemimpin) dan telah memberinya buah hatinya dan jabatan tangannya maka hendaklah dia taat sepenuhnya sedapat mungkin. (HR. Muslim)
- Akan terlepas (kelak) ikatan (kekuatan) Islam, ikatan demi ikatan. Setiap kali terlepas satu ikatan maka orang-orang akan berpegangan kepada yang lainnya. Yang pertama kali terlepas ialah hukum dan yang terakhir adalah shalat. (HR. Ahmad dan Al Hakim)
- Hendaklah kamu mendengar, patuh dan taat (kepada pemimpinmu), dalam masa kesenangan (kemudahan dan kelapangan), dalam kesulitan dan kesempitan, dalam kegiatanmu dan di saat mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan sekalipun keadaan itu merugikan kepentinganmu. (HR. Muslim dan An-Nasaa'i)
- Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Karena itu jika terjadi perselisihan maka ikutilah suara terbanyak. (HR. Anas bin Malik)
- Dua orang lebih baik dari seorang dan tiga orang lebih baik dari dua orang, dan empat orang lebih baik dari tiga orang. Tetaplah kamu dalam jamaah. Sesungguhnya Allah Azza wajalla tidak akan mempersatukan umatku kecuali dalam petunjuk (hidayah) (HR. Abu Dawud)
Komentar
Posting Komentar